Grow a little older

Long time no write, the kids grow a little bit older. Raisha just celebrated her 4th birthday last month. She now became more independent. Eat, shower, pee, and brush her teeth by herself. It helped me so much to lower my load at home as her younger sister becoming more and more active.
Her academic potency was progressing as mentioned in the year end report from school. I guess I don’t need to worry about that.
Instead of latin alphabet she learnt at school, she also has started to learn arabic hijaiyah. At this moment she’s in the second book of Qiroati.
Her short daily prayers/supplication (du’a) memorization started to slow down, not as fast as when she was 3, but it might caused by me. I think I have tought her all the daily prayer I had so I have to improve myself first before teaching her new du’a.
Anyway, she got the first prize for du’a recitation in the Ramadhan Weekend Special for kindergarten class 🙂

She has started to memorize short surah (juz ‘amma) and alfatihah. Child is very fast when it comes to memorize something. So I need to add my recitation of juz ‘amma, otherwise she will beat me hehe (I remembered Ust. Muntaha reminded us a lot about this, “Masa dari SD sampe sekarang hafalannya cuman dari AnNaas sampe AdhDhuha aja.” Gubrags, tersindir berat).

Raisha also paid a great attention to music. For the last three month she has started to learn piano lesson at Yamaha Music Course and looked like she really enjoys.

Meanwhile Dinda is 1.5 year old now. Her vocabularies were still limited to bapak, teteh, mamam, mimi. Luckily her gross motoric skills were progressing a lot. She now could climb the stairs without help (and made my heart almost stop beating), unfasten her harness in the car seat (and climb down the carseat to reach me while I’m still driving, omG), climb the chair up and down, etc.
Her fine motoric skills were improving as well. She could feed herself (and make a big mess rightafter), scribble (including on the wall hiks hiks), and play with lego.
She’s also a real copycat. She copied everything she saw which made her interested such as brooming the house, combing the hair, calling with the telephone (and made the home phone broken) singing and dancing to the rhytme she heard.

One thing that made me feel very surprised about her was that she often went to the toilet when she need to poo; took off her pants and diaper by herself and asked me to carry her to the watercloset.

End of Year Report

General Comments

Raisha can initiate communication with others displaying greater confidence during role play. She uses language to imagine and recreate roles and experiences during role play. She interacts with others in a variety of contexts, negotiating plans and activities and taking turn in conversation.
Raisha enjoys music and movement. She sings to familiar tunes and enjoys participating in action songs. In literacy, Raisha identifies letters in lower case and their corresponding sounds. She forms some of the letters correctly and produces neat work.
In numeracy, Raisha is able to count, identify, and write numbers 1-10 independently. She however needs a little help from teacher to form some of the numbers correctly.
Raisha recognises differences in quantity when comparing sets of objects. She enjoys completing simple addition and substraction.
Raisha look forward to Physical Education lessons. She follows instruction given by teacher and completes task without much difficulty. She is currently learning to throw and catch balls, bounce balls and balance the beanbag.

Looks like I don’t need to worry about her going into reception class (feeder class for year 1). Actually, I was not expecting her to go up to the next level. At first, I thought to just let her stay in kindergarten to give her more time to play as reception class is much more serious and strict. Unfortunately, Mutiara will cease the kindergarten operation starting next term and will provide two reception class for Year 1 feeder. So, yes, starting September, she will be in reception class. Her class teachers said that I didn’t need to worry since she was doing very well in her class; her report ranged from good to very good, she was mature, always happy at school and very independent. Good job, Raisha!

*picture taken by professional photographer 🙂

What Money Can Buy

Sekitar 2-3 bulan yang lalu, kangmas lagi tertimpa beban dan tekanan tinggi di kantor. Jadi lumayan deh, rada2 stress gitu. Akibatnya… shopping deee. Dan karena shopping buat diri sendiri bakal bikin dia merasa bersalah (nambahin lg penyebab stress), akhirnya dia memutuskan buat membelikan istri tercintanya hp baru, pengganti hp lamanya yang udah dekil dan ilang salah satu keypadnya (bukan ma dinda ato ama raisha loh ilangnya, ma si mas). Sebenernya saya cukup puas dengan hp lama itu, selain karena emang penggunaan hp buat saya cuman alat telpon dan sms (yang mana dengan hilangnya keypad sama sekali ga mempengaruhi kedua fungsi itu), juga krn dengan hp buluk, ga terlalu kuatir klo si dinda yang waktu itu suka sekali membanting2 barang pada satu kesempatan bakal membanting hp itu. Tapi untuk membahagiakan suami (alesandotcom) yang lagi pengen belanja, saya iyah aja deh waktu suami mo beliin N**** 5800 Xpress Music.
Sebenernya sayang juga sih…, berat gitu pas ngeluarin uang buat bayarnya. Soalnya dalam pikiran, cuman buat sms dan telpon doang koq musti bayar mahal2 ya… Tapi belakangan, setelah teknologi internet di rumah memasuki era wireless, saya mulai menggunakan hp buat nge-cek email, ga perlu nunggu anak2 tidur lelap buat konek ke internet (biasanya saya buka laptop kalo anak lagi tidur doang ato klo bapaknya anak2 udah pulang, jadi si lappy bisa relatif ga diutik2 ama mereka). Perasaan kemahalannya mulai berkurang deh. Trus ga lama sesudah itu, bisa nginstal Garmin juga di hp, which is buat tukang nyasar kayak saya (dan si mas) mah cukup membantu buat jalan2 keliling kota. Akhirnya ilang deh perasaan kemahalannya, yah worth lah buat bayar teknologi WiFi & GPS-nya (yang bikin saya sampe saat ini masih berdecak tiap menggunakan Garmin).

Jadi kebayang dong gimana kaget setengah shock-nya saya waktu belakangan saya tau salah satu (eh salah dua) temen saya ada yang tiap bulan beli tas dari butik high fashion. Lebih kaget lagi waktu tau ternyata harga tas high fashion kaya gitu teh luar biasa mahalnya yaaa, harga hp saya aja cuman setengahnya…
Wawww… looks like money grows on tree 😛

Udah Setaun Ajah…

AlhamduliLlah, setelah cukup lama merasakan “kitchen blue”, yang bikin tersiksa tiap kali ada di dapur, akhirnya mood nge-dapur mulai kembali 2 minggu belakangan ini. Dah ga tersiksa lagi kalo harus masak. Beneran ya masak itu kalo pake mood yang bagus, cuman goreng tempe mendoan aja jadi enak. Kalo lagi kitchen blue…, dah sambil tersiksa masaknya, makannya juga tersiksa, soalnya kadang rasa makanannya juga jadi ga enak.

Karena sudah ga kitchen blue tea, hari Kemis kemaren waktu Adlia tepat berusia setaun, nyempetin masak nasi kuning beserta lauk-pauknya. Ga banyak macemnya karena dibatasi oleh jam bangun neng Dinda tea. Mengingat hari Kamis waktunya kuliah tafsir Ustadz Muntaha yang tentu saja terlalu sayang untuk dilewatkan, maka masak baru bisa waktu dinda tidur sore sepulang jemput tetehnya sekolah. Berhubung dia tidur sore cuman sejam (hiks hiks.., padahal tetehnya masih tidur tuh), jadilah penampakan nasi kuning yang sederhana tapi istimewa. Istimewa karena dibuat penuh cinta :D.
Sebenernya pagi2 udah sempet masak nasi kuning juga buat sarapan, tp berhubung beras terbatas alias ga ketauan dah abis, jadi cuman bikin dikit. Siang pulang sekolah, si teteh bolak balik makanin nasi kuning yang tersisa sampe abis. Akhirnya ya masak lagi dee…

Ga kerasa euy udah setaun aja. Rasanya baru kemaren lahir. Abis ni anak ada pada kondisi sangat antengnya lama banget kali ya… Enam bulan pertama kan anteng sekali, ga banyak nyusahin. Mulai umur 6 bulan baru perlu perhatian ekstra karena dah banyak gerak. Umur 10 bulan mulai minta jalan titah2 dan ga mau lagi disuruh jalan sendiri di baby walker. Menjelang setaun dah pinter manjat2 padahal belum berani jalan. Tapi kalo manjat2, mungkin karena sambil pegangan, dia malah berani. Kalo ada di kamar main di atas ranjang, bawaannya bolak balik naek turun tempat tidur, mentang2 udah bisa. Berdiri dan jalan biasanya kalo lagi ga sadar, kalo sadar buru-buru turun ke bawah hehehe…

Selain manjat2 dan naik turun ranjang, hobi lain adalah narik2 kabel, maen air; baik itu ngocorin air dari kran dispenser maupun cipak-cibung maen air yang ada di closet… ih jorok… Makanya dinda suka banget diajak berenang. Sejak pertama nyemplung ke kolam renang, ga ada takutnya, langsung ketawa2 girang gitu di kolam.
Dia juga suka banget maen di kolong meja, bantuin ibu jemur baju (maksudnya maen2 di jemuran kalo ibu jemur baju, serasa maen di playground aja).
Itulah sebabnya, agak susah ninggalin dia sendirian. Soalnya kalo meleng sedikit aja emaknya, suka ada aja kejadian near miss ato bahkan catastrophic failure.
Akhirnya, semua kegiatan masak dan bebenah rumah biasanya ditunda menunggu dia tidur.

Karena umur udah setaun, mulai deh Dinda makan table food. Meski tetep ga bisa dibilang banyak, tapi makan table food dia lebih semangat. Lebih banyak yang masak.
Mulai belajar minum cow milk, kayaknya sih ga ada masalah.
Udah bisa minum dari gelas, bisa juga minum pake sedotan, tapi dia seneng banget semburin lagi kalo ga diawasin 😀
Giginya baru 2, di bawah…
Kalo pengen sesuatu udah bisa minta, cukup dengan nunjuk2 pake mulut (mulutnya dimonyongin ke arah yang dia mau) sambil teriak2, “Aa, aa, aa..”
Sementara, ngomongnya sih baru dikit; bapak, teteh, dan mamam (huhuhu… ibu-nya ga ada).

Dua bulan belakangan ini

Dua bulan – lebih tepatnya 2,5 bulan kali ya – belakangan ini lagi beradaptasi dengan rutinitas yang baru. Yang bikin diri sendiri ga sempet baca buku, nge-blog, apa lagi sekedar iseng2 chating. Fiuh… Sampe saat ini, masih aja belajar, blom juga nemu ritme yang pas, yang bikin semuanya bisa dikerjain tanpa mengganggu yang lain…

Sejak awal September, bertepatan dengan awal puasa, si Teteh Raisha mulai masuk kindergarten di Mutiara. Artinya… bangun lebih pagi nyiapin sarapan buat semua, karena jam 7 lewat 10 Raisha udah harus berangkat dari rumah. Nah loh… Biasanya kan 1/2 10 dia mulai aktivitasnya di playgroup, jadi emaknya rada sante kalo pagi.
Seminggu pertama mulai sekolah, Raisha nangis di sekolah. Dua hari pertama sih ditinggal ga nangis, tapi katanya waktu sekolah berjalan dia suka nangis on and off (kata Raisha sendiri, gurunya sih ga bilang). Hari ketiga dan berlangsung ampe seminggu mulai deh ditinggalkan dalam keadaan nangis. Heran juga sih, soalnya dulu waktu trial 2 hari dia keliatan enjoy, hepi, dan ngerti konsep sekolah; bermain bersama teman dibimbing guru tanpa ditunggui orang tua. Kalo ditanya knp nangis, adaaaa aja alasannya.
Pertama, “Because I want my mommy and daddy!”. Waktu saya bilang, “Kan Raisha lagi sekolah, kalo sekolah ga ada ibu-bapaknya dong.” Dia nyaut, “Tapi temen-temennya ada yang ditungguin.” Emang seminggu pertama masih boleh ditungguin di luar kelas. Kalo Raisha ditungguin malah berabe, soalnya dia bakal rewel dan nempel ibu terus, jadi ga ikut aktivitas sekolah.
Lain waktu setelah dia dikasih pengertian sekolah tu ga ditungguin, alasannya lain lagi waktu dia lapor dia nangis. “Soalnya Raisha takut sama Ms. Nicola (gurunya).” Waktu saya bilang, “Kenapa takut, Ms. Nicole kan baik gitu?” Jawabannya, “Soalnya dia bule!” Halah, koq rasis sih Nak? Terahir banget dia lapor sepulang sekolah, “Tadi Raisha nangis di sekolah, soalnya Raisha duduknya deket Alisha (temennya yg selalu terlihat berurai air mata) jadi Raisha ketularan!”
Huah, banyak banget alesan. Tapi akhirnya berhenti juga dia melankolis di kelas dan mulai asyik bermain sambil belajar bersama teman-teman.

Sejak sekolah, rutinitas Raisha bener2 udah teratur dan terjaga banget. Ga ada lagi begadang ampe jam 1 pagi susah tidur. Jam 8-9 gitu biasanya dia udah pergi sendiri ke kamar, guling-guling sampe tidur. Ntar bangun sekitar jam 6 udah seger tanpa bt. Jadi si ibu pun harus mulai ngikutin jadwalnya neng kecil satu ini.

Selain beradaptasi dengan jadwalnya Raisha, saya juga beradaptasi dengan kegiatan baru: NYUPIR. Maklum sekolah Raisha cuman bisa dicapai dengan mobil karena agak jauh. Padahal udah sekitar 5 taun saya teh ga nyupir. Selama 4 taun menikah, Alhamdulillah 2 taun terahir ini dimanjakan oleh LRT (light rail transit) yang stasiunnya ada di depan apartemen ato taksi yg mangkal di depan stasiun. 2 taun sebelumnya lebih banyak lagi yang manjain; metromini, kopaja, bis, bajaj, abang ojek langganan, sampe yang full ac dan musik semacam bluebird ato ekspress tarif lama. Dengan kata lain; kagak punya mobil gitchu… Sementara setaun sebelumnya saya tinggal di negara dengan sistem transportasi terbaik di dunia, jadi tentunya sangat dimanjakan oleh para Strassen Bahn, bis dan kereta buat mencapai tempat-tempat yang ingin saya tuju tanpa harus bayar karena saya pegang kartu mahasiswa. So… ya gitu deh, awalnya kaku banget. Bukan keilangan perasaan kapan harus mindahin gigi sih, yang utama sih nyari feeling di jalan raya-nya itu. Kapan bisa masuk ke jalur, nyalip, belok tanpa ngalangin yang di belakang, dan seterusnya dan sebagainya. Tapi Alhamdulillah setelah intensif seminggu anter jemput sih udah mulai ketemu lagi feelingnya.

Sejak sekolahnya mulai stabil, Raisha jadi lebih dewasa. Ato mungkin juga udah umurnya ya… Udah lewat kayaknya masa-masa terrible two yang super duper rewel itu. Skarang dia bener-bener jadi anak manis yang nurut. Sampe sering terharu liatnya.
Solatnya juga makin rajin (baru ngikutin gerakan, belum mulai ngapalin bacaan). Pake wudhu segala pula… Kalo ini hasil Ramadhan Week-end Special waktu bulan puasa kemaren. Raisha kan ngikut semacam pesantren Ramadhan buat anak2 gitu setiap Jumat-Sabtu selama bulan puasa. Meski ga sepenuhnya ngikutin (maksudnya; ada saat dia bosen terutama kalo lagi materi, dan akhirnya jadi main sendiri lari-lari sama sobatnya), tapi paling ga dia jadi makin ngerti tentang puasa, mengenal kegiatan2 apa aja di bulan Ramadhan, tau sahur-buka, dan tarawih.

Sementara Dinda, 2 bulan belakangan ini terutama belajar makan. Sebulan pertama dia belajar makan bubur susu. Susah payah karena awalnya dia sembur2 terus. Belakangan akhirnya berhasil juga belajar nelen. Setelah umur 7 bulan, mulai deh makan tim saring. Ga gampang masuknya, tapi lumayanlah… udah bisa nelen. Sekarang umur 8,5 bulan mulai dicoba tim kasar, soalnya tim saring dah ga mau dan mulai semangat makan kalo dikasih tim yang kasar.

dinda jalan2Dinda juga mulai belajar merangkak. Dulu tetehnya ga merangkak, jadi lucu juga liat bayi belajar merangkak gitu. Sampe saat ini masih belum bisa, masih merayap aja meski udah ke mana2. Serumah-rumah udah dikelilingi dengan cara merayap. Kalo dibiarin sendiri, tanpa suara, tau-tau udah berantakan aja seluruh rumah.
Dia juga lagi belajar duduk sendiri. Ga terlalu suka sih kayaknya dia duduk, lebih suka bediri. Tapi dipegangin, ga mau sendiri. Jadinya dia suka banget masuk ke baby-walker-nya. Kalo saya lagi yakin bisa ngawasin terus, suka saya masukin ke baby-walker, dia leluasa gerak ke mana2 dengan gembira sambil ngacak2 apa yang dia bisa…
Dua bulan belakangan ini… buanyaaaak banget yang terjadi ampe susah deeh menceritakan dengan tulisan 🙂

* Image taken from this blog

Telepon di siang bolong

Raisha lg bobok siang. Biasa pulang sekolah, setelah ribut minta makan siang dan kenyang, doi bobok kecapean. Dindanya lagi asik menyusu setengah merem (eh udah merem kayaknya) sementara ibunya juga udah rada merem melek tea meski berniat masak kalo anak2 pada bobo. Tiba2 lagu soulful membahana dari HP. Kalo lagi sepi, dering telepon yang biasanya sering ga kedengeran ini terasa keras banget di kuping yak. Masih setengah sadar, saya angkat.

Saya: Halow
Disana: Hello, this is **** calling from ***Glob** Kuala Lumpur.
Saya: Oh yes… (kondisi udah terjaga, secara itu telepon dari agen tenaga kerja yang lumayan gede di KL)
Disana: Sorry, I want to ask you, are you still working for BP Indonesia?
Saya: Oh, no no… It was two years ago…
Disana: Oh, that’s why your contact is in KL. Which company do you join now here in KL?
Saya: Oh, I do not join any. I become a full time housewife here.
Disana: Oooo, I see, I see (dengan nada excited)
Disana: Bye…

tut tut tut…
gubrags… Please deh, ibu rumah tangga juga manusia loooh, bisa diajak basa-basi kekekekek

Lulus

 

 

 

 

 

 

 

 

AlhamduliLlah… lulus ASI Eksklusif 🙂
Meski tantangannya ga seberat waktu nyusuin Raisha yang ditinggal ke kantor, ditambah lagi dari awal dah milih baby friendly hospital sehingga ga pernah kebobolan susu formula… tetep aja bersyukur dan seneng banget bisa lulus ASI eksklusif. Soalnya kekhawatiran sih tentu aja tetep ada… Kuatir ga cukup ASInya, kuatir sakit, dan kuatir-kuatir laen yang sering bikin gagal program ini.
Di saat orang lain mulai puasa, Dinda malah mulai makan… “Hueks, ga enak Bu…!” gitu kali katanya kalo dah bisa ngomong… Pdhl ibu udah dengan penuh cinta lho nak, nyuci dan jemur beras, ngegiling, masak bubur, dan meres ASI buat bikin bubur susu, makanan pertamamu.
Maju terus pantang mundur…, besok coba lagi deh

5 Month Old Little Adlia

1. Penampakan

2. Vaksin: Infanrix n Rotarix

3. Berat: 6,8 kg, panjang: 66 cm (ups, dah expired dong car seat-nya)

4. Baru bisa tengkurep, hore, hore… Lambat sih meski ga telat.

Today’s Slower Baby
Something you should definitely keep in mind when your compulsion to compare gets the best of you (and it will): babies today are developing later in some major gross motor skill categories than they used to. Not because they’re less naturally precocious, but because they’re spending less time on their tummies. Putting babies to sleep on their backs dramatically reduces the risk of SIDS, but it also temporarily slows motor development. With little opportunity to practice those skills babies used to practice on their tummies (such as rolling over and crawling), more babies are accomplishing these skills later.
Many are skipping the crawling stage entirely (kayak Raisha). Though this slowdown isn’t considered significant developmentally (and skipping the crawling phase is never a problem unless a baby is skipping other developmental milestone as well), parents can help their babies along by making sure they spend plenty of supervised playtime on their bellies from early ages. So remember: back to sleep, tummy to play!!
(dikutip dari What to Expect the First Year)

5. Teteh is her very best friend. Temen brantem paling seru kalo rebutan mainan, tapi juga temen cekakakan paling heboh kalo lagi kompak.

(Belated) Birthday


Perasaan waktu tuh berjalan seperti angin, tak terasa hari berganti hari, udah 2 minggu aja lewat sejak ulang taun Raisha yang ke-3. Jangankan dalam itungan hari dan minggu deng, itungan taun aja terasa baru kmaren. Rasanya baru kemaren lahir. Trus ulang taun yang pertama… masih terlihat seperti bayi dan ga ngerti apa2. Abis itu ulang taun kedua…, ga mau ulang taun karena artinya harus berhenti nenen. Tau-tau dah 3 taun aja, “Raisha mau ulang taun di sekolah!!” Heuheuheu… salah pergaulan ya Nak?? Bapak-ibu ga pernah ulang taun dirayain nak. Tapi berhubung bapak lagi niat nyenengin anaknya, ya udah deh, Raisha ulang taun di play group-nya bersama teman2 kecilnya. Lucu juga liat aktivitas anak2 di playgroup. Berhubung masih pada bocah2 banget, ya masih ga bisa diatur. Yang penting hepi2 aja deh.

Ngomongin playgroupnya, meski jauh dari sempurna, tapi cukup lah buat kami. Emang waktu masukkin Raisha ke playgroup dulu, tujuan utamanya cuman supaya di punya temen main seumuran dan ga nempel terus sama Ibu. Biar bisa ditinggal2 sekali2, biar ga salah pergaulan. Masak gaulnya sama ibu-ibu pengajian… jadinya tiap kali mo bubaran dan ibu2 mulai ngambilin plastik buat bungkus makanan yang tersisa, Raisha dulu itu terbiasa ikutan. Biasanya dia ngebungkus kue-kue yang manis terutama yang berwarna merah seperti kue lapis. Dah jago banget deh kalo urusan itu…

Alhamdulillah selama setaun ga ada yang bikin kita kuatir nitipin anak setiap hari selama 3 jam di sana. Selama 4 bulan pertama Raisha masih belom mau berbaur, nempel terus sama guru-nya. Sekarang udah bisa maen2 sama temen2nya. Udah mau beraktivitas, udah gampang dadah babay kalo ditinggal sekolah, dan udah mau ngobrol sama orang laen – ga ngumpet di belakang ibunya kalo ada yang ngajak ngomong. Bonusnya…, dia juga udah hapal alfabet, udah jago ngewarnain gambar, bisa ngitung dari 1 sampe 20 dalam bahasa Inggris (kalo bahasa Indonesia baru sampe 10), mengenal bentuk dan warna dan hal2 kecil laen yang biasa anak tk lakukan.

Oleh sebab itu, meski baru 3 taun, kita akhirnya memutuskan dia untuk mulai masuk kindergarten semester di depan ini. Biar dia ga bosen, tambah temen baru, dan makin berkembang. Ga muluk2 sih sebenernya, namanya juga anak TK, bukan pengen dia cepet bisa baca ato hal2 yang bersifat akademis lainnya, cuman supaya dia senang bermain sambil belajar aja. Makanya ga pusing-pusing juga nyari TK. Yang penting gurunya ga galak2 amat (di sini kecenderungannya guru itu galak, bahkan dari sejak TK). Trus pengennya dari awal udah mengenalkan agama Islam meski sekedar pengantar. Pilihannya 2 sih kemaren tu, IIS ato Mutiara. Tp akhirnya setelah berbagai pertimbangan, terutama karena IIS pulang jam 3, akhirnya kita milih Mutiara.

Waktu mau daftarin, syukurnya Raisha malah disuruh trial dulu 2 hari. Kalo dia OK (dan gurunya mau nerima) baru daftar. Yowes, jadilah Raisha trial sekolah di Mutiara selama 2 hari. Ternyata dia hepi sekali sampe ga mau balik ke playgroup-nya yang lama.
Jadi Insya Allah, mulai September besok, Raisha mulai masuk kindergarten…. Nah kan, bener kan, waktu itu berjalan tanpa terasa…

Dua Anak Saja (dulu)

Akhirnya datang bulan juga… Lega! Jangan salah, bukan berarti ga pengen punya anak lagi. Teuteup koq, masih pengen, masih beranggapan 3 anak cukup. Cuman kalo sekarang ini… duh, pengennya sih jangan dulu.
Sama seperti dulu alasan utamanya, pengennya bisa nyusuin sampe 2 taun. Kalo sambil hamil rasanya ga tega, ga tega sama bayi dan juga janinnya. Bukan berarti kalo ternyata ditakdirkan hamil di saat si dinda ini masih bayi jadi ga mau lho ya… Andai bisa diatur dan direncanakan, pengennya hamil lagi kalo dinda udah 20 bulanan lah, kayak tetehnya kmaren ini.

damai di bumiLagian, kayaknya umur segitu teh udah cukup pas lah buat punya adik. Raisha udah mulai mandiri. Bisa pipis sendiri di kamar mandi, jadi kalo lagi nanggung pegang dinda, ga perlu kuatir dia ngompol. Paling dia harus tabah aja menunggu ibunya bisa bersihin. Dia juga (asal ga lagi manja) udah makan sendiri, ambil air sendiri, pake baju, pake sepatu, semuanya bisa dilakukan sendiri tanpa perlu bantuan ibunya. Bisa dimintain tolong pula ngurusin adiknya. Misalnya lg buka popok, lupa blom nyiapin popok barunya, tinggal teriak aja, “Teh, tolong dong popok dinda.” Ntar dia dengan senang hati bawain. Jadi ibunya ga terlalu repot.

Tapi ya itu lah, namanya juga anak2. Ga selalu kondisinya sesempurna paragraf di atas. Suatu kali untuk pertama kalinya Raisha tantrum. Nangis dan teriak histeris tanpa ada sebab yang jelas. Saya yang waktu itu baru pengalaman pertama kaget banget. Saya peluk, dia meronta. Saya pegang erat2 tangannya, tambah marah. Ga ada yang bisa bikin dia tenang. Penyebab dia nangis dan marah pun ga ketauan, soalnya tadinya lagi damai2 aja meski memang keliatan ngantuk. Lama nangis histeris akhirnya adiknya terbangun. Gelisah pengen nenen, trus ngemutin tangan, karena ga kenyang2 dia mulai merengek. Sementara saya masih sibuk sama Raisha. Pengennya Raisha tenang dulu, abis kasian ngeliat histeris gitu. Yang ada malah dinda ikutan nangis teriak2 kelamaan dicuekin padahal laper, sementara Raisha makin histeris mendapati ada saingan nangis. Ibunya yang udah stress liat si Teteh histeris, kasian sama dinda yang udah kelaparan sampe nangis keras2 (which is sangat jarang sekali terjadi, nangis aja jarang apalagi nangis keras2), akhirnya ikutan nangis aja deeee… Betigaan deh nangis huahuahua…

Ato waktu Raisha sakit agak berat. Dalam keadaan biasa aja, Raisha itu anak istimewa, istimewa rewelnya maksudnya. Apalagi kalo sakit. Apalagi sakitnya sampe seperti waktu itu (yang mana dirikyu untuk pertama kalinya membawa Raisha ke dokter karena sakit, biasanya buat vaksin doang). Kayaknya dia pusing banget, mual, panas juga tinggi, batuk dan pilek mengganggu, jadinya lemes dan akhirnya diemmm aja ga mau ngapa2in termasuk makan dan (parahnya) minum! Sementara saya berusaha keras menjauhkan dinda dari Raisha supaya ga ketularan, secara fisik saya harus terus ada di dekat Raisha. Terus dinda gimanaaa dooong? Pusying tujuh keliling selama seminggu.

Setelah dua kejadian itu, saya jadi semakin salut sama para ibu beranak banyak, palagi yang jaraknya mepet2 setaun-2 taun. Duh koq bisa sih Bu, gimana caranya?? Saya mah anak 2 aja sementara ini rasanya cukup dulu, mudah2an ntar dinda ampir 2 taun udah merasa mampu buat punya anak lagi.