Sibuk sibuk yang bikin sibuk

Playground lovers

Dah lama banget ga nulis… Udah lebih dari empat bulan nih, weleh ke mana aja yaaa?
(Sok) sibuk aja sih…
Sibuk pertama, Raisha n Dinda lagi hobi banget maen di playground. Jadi tiap sore pasti kudu ngangon di playground. Itu makan waktu 1,5 – 2 jam sendiri.
Sebagai akibatnya, dua2nya jadi nyi iteung, hideung pisan euy! Dua-duanya juga menunjukkan kemajuan signifikan di bidang motorik kasar. Dinda udah bisa naek perosoton dari sisi tempat merosot. Sementara Raisha makin kenceng lari-nya. Di sekolah klo pelajaran PE (physical education) sekarang dia udah sering menang lomba lari.

Sibuk kedua… menikmati kembali ke cara lama dalam membaca. Lagi menikmati kembali baca sambil nyeruput teh manis anget, sambil boboan sampe ketiduran di waktu malem (dulu jaman masih sama orang tua terlarang banget, nambah2 minus katanya), ato sambil nungguin anak2 main di rumah. Kembali membaca dari deretan huruf yang tercetak dengan tinta di atas keras. Lebih nyaman buat mata, dibanding baca2 dari lappy dengan sinar berpendarnya yang sering bikin mata lelah. Jadi emang ga nyempetin nulis, apalagi blogwalking.
Dalam 4 bulan belakangan ini mungkin buku yang dibaca lebih banyak dibandingkan 3 taun terahir selama tinggal di KL.

Primbon di dapur

Terakhir yang bikin sibuk juga sih acara masak memasak. Tadinya acara masak selalu diusahakan selesai dalam tempo yang sesingkat-singkatnya; yang penting anak2 makan sehat. Sebagai akibatnya si emak maksain diri masak sehingga lama2 jenuh. Suatu waktu nemu majalah resep Rasa di tempat ibu Deasy. Majalah edisi taun 2008 sebenernya, terbitan Malaysia. Tapi temanya sedang membahas masakan Indonesia. Resepnya sendiri original dari restoran2 Indonesia yang ada di KL, kaya Sari Ratu, Wong Solo, Puti Bungsu. Jadilah mulai sibuk nyobain resep2nya. Ngedapur-lah kita di pagi buta supaya kemakan sama suami sebelum berangkat ke kantor. AlhamduliLlah sih rasanya memang sesuai, meski emang perlu dipertanyakan lagi kuantitas bumbu2 yang disebut di sana. Bayangin aja, ayam seekor disuruh dibumbuin 300gr lengkuas n 300gr jahe, yang bener ajaaa…. kayak apa rasanya yak. Ya pokonya dengan sedikit mengkritisi jumlah bumbu, rasa masakan memang seperti yang di Sari Ratu ituh. Jadinya jatah nginternet di pagi buta sebelum anak dan suami bangun, hilang sudah. Jadilah ya begini, ga nulis2 sampe sekian lama 😉

Lima Tahun Bersamamu

Ribuan doa dipanjatkan
Allah mengabulkannya…
segera bahkan instan
Ato menggantinya
dengan yang lebih baik
dari apa yang dijangkakan
Ato menundanya
hingga saatnya tepat
Seperti doa yang satu ini
Yang mulai dipanjatkan
sekitar pertengahan taun 1997
dalam setiap sujud
seusai shalat
“Ya Allah, karunia hamba,
suami yang sholih,
yang bisa menjadi imam bagi hamba
di jalan yang menujuMu.”
2 Oktober 2004
Allah takdirkan
saat yang tepat
untuk mengabulkannya
7 tahun doa tanpa henti
semoga menjadi awal yang baik
untuk mengarungi hidup bersama

I love you Schatzy,
more each day
Happy 5th Anniversary

Grow a little older

Long time no write, the kids grow a little bit older. Raisha just celebrated her 4th birthday last month. She now became more independent. Eat, shower, pee, and brush her teeth by herself. It helped me so much to lower my load at home as her younger sister becoming more and more active.
Her academic potency was progressing as mentioned in the year end report from school. I guess I don’t need to worry about that.
Instead of latin alphabet she learnt at school, she also has started to learn arabic hijaiyah. At this moment she’s in the second book of Qiroati.
Her short daily prayers/supplication (du’a) memorization started to slow down, not as fast as when she was 3, but it might caused by me. I think I have tought her all the daily prayer I had so I have to improve myself first before teaching her new du’a.
Anyway, she got the first prize for du’a recitation in the Ramadhan Weekend Special for kindergarten class 🙂

She has started to memorize short surah (juz ‘amma) and alfatihah. Child is very fast when it comes to memorize something. So I need to add my recitation of juz ‘amma, otherwise she will beat me hehe (I remembered Ust. Muntaha reminded us a lot about this, “Masa dari SD sampe sekarang hafalannya cuman dari AnNaas sampe AdhDhuha aja.” Gubrags, tersindir berat).

Raisha also paid a great attention to music. For the last three month she has started to learn piano lesson at Yamaha Music Course and looked like she really enjoys.

Meanwhile Dinda is 1.5 year old now. Her vocabularies were still limited to bapak, teteh, mamam, mimi. Luckily her gross motoric skills were progressing a lot. She now could climb the stairs without help (and made my heart almost stop beating), unfasten her harness in the car seat (and climb down the carseat to reach me while I’m still driving, omG), climb the chair up and down, etc.
Her fine motoric skills were improving as well. She could feed herself (and make a big mess rightafter), scribble (including on the wall hiks hiks), and play with lego.
She’s also a real copycat. She copied everything she saw which made her interested such as brooming the house, combing the hair, calling with the telephone (and made the home phone broken) singing and dancing to the rhytme she heard.

One thing that made me feel very surprised about her was that she often went to the toilet when she need to poo; took off her pants and diaper by herself and asked me to carry her to the watercloset.

End of Year Report

General Comments

Raisha can initiate communication with others displaying greater confidence during role play. She uses language to imagine and recreate roles and experiences during role play. She interacts with others in a variety of contexts, negotiating plans and activities and taking turn in conversation.
Raisha enjoys music and movement. She sings to familiar tunes and enjoys participating in action songs. In literacy, Raisha identifies letters in lower case and their corresponding sounds. She forms some of the letters correctly and produces neat work.
In numeracy, Raisha is able to count, identify, and write numbers 1-10 independently. She however needs a little help from teacher to form some of the numbers correctly.
Raisha recognises differences in quantity when comparing sets of objects. She enjoys completing simple addition and substraction.
Raisha look forward to Physical Education lessons. She follows instruction given by teacher and completes task without much difficulty. She is currently learning to throw and catch balls, bounce balls and balance the beanbag.

Looks like I don’t need to worry about her going into reception class (feeder class for year 1). Actually, I was not expecting her to go up to the next level. At first, I thought to just let her stay in kindergarten to give her more time to play as reception class is much more serious and strict. Unfortunately, Mutiara will cease the kindergarten operation starting next term and will provide two reception class for Year 1 feeder. So, yes, starting September, she will be in reception class. Her class teachers said that I didn’t need to worry since she was doing very well in her class; her report ranged from good to very good, she was mature, always happy at school and very independent. Good job, Raisha!

*picture taken by professional photographer 🙂

What Money Can Buy

Sekitar 2-3 bulan yang lalu, kangmas lagi tertimpa beban dan tekanan tinggi di kantor. Jadi lumayan deh, rada2 stress gitu. Akibatnya… shopping deee. Dan karena shopping buat diri sendiri bakal bikin dia merasa bersalah (nambahin lg penyebab stress), akhirnya dia memutuskan buat membelikan istri tercintanya hp baru, pengganti hp lamanya yang udah dekil dan ilang salah satu keypadnya (bukan ma dinda ato ama raisha loh ilangnya, ma si mas). Sebenernya saya cukup puas dengan hp lama itu, selain karena emang penggunaan hp buat saya cuman alat telpon dan sms (yang mana dengan hilangnya keypad sama sekali ga mempengaruhi kedua fungsi itu), juga krn dengan hp buluk, ga terlalu kuatir klo si dinda yang waktu itu suka sekali membanting2 barang pada satu kesempatan bakal membanting hp itu. Tapi untuk membahagiakan suami (alesandotcom) yang lagi pengen belanja, saya iyah aja deh waktu suami mo beliin N**** 5800 Xpress Music.
Sebenernya sayang juga sih…, berat gitu pas ngeluarin uang buat bayarnya. Soalnya dalam pikiran, cuman buat sms dan telpon doang koq musti bayar mahal2 ya… Tapi belakangan, setelah teknologi internet di rumah memasuki era wireless, saya mulai menggunakan hp buat nge-cek email, ga perlu nunggu anak2 tidur lelap buat konek ke internet (biasanya saya buka laptop kalo anak lagi tidur doang ato klo bapaknya anak2 udah pulang, jadi si lappy bisa relatif ga diutik2 ama mereka). Perasaan kemahalannya mulai berkurang deh. Trus ga lama sesudah itu, bisa nginstal Garmin juga di hp, which is buat tukang nyasar kayak saya (dan si mas) mah cukup membantu buat jalan2 keliling kota. Akhirnya ilang deh perasaan kemahalannya, yah worth lah buat bayar teknologi WiFi & GPS-nya (yang bikin saya sampe saat ini masih berdecak tiap menggunakan Garmin).

Jadi kebayang dong gimana kaget setengah shock-nya saya waktu belakangan saya tau salah satu (eh salah dua) temen saya ada yang tiap bulan beli tas dari butik high fashion. Lebih kaget lagi waktu tau ternyata harga tas high fashion kaya gitu teh luar biasa mahalnya yaaa, harga hp saya aja cuman setengahnya…
Wawww… looks like money grows on tree 😛

Be Careful What You Wish For

Dulu kala, di saat Indonesia cuman mengenal TVRI, RCTI blom lahir begitu pun SCTV palagi TransTV, di komplek tempat saya tinggal bersepakat pasang parabola yang bisa dinikmati seluruh penduduk kompleks dengan cara membayar iuran.
Jadilah kami di masa itu bisa nonton filem2 di TV3 Malaysia yang pada saat itu lebih mengasyikkan dibanding TVRI (meni teu cinta bangsa pisan). Ada Mission Impossible, MacGyver, dan salah satu yang saya suka banget sih Doogie Howser M.D.

Dr. Howser ini di akhir cerita biasanya nulis diary di komputer diakhiri dengan quote2 yang menarik buat saya yang kala itu masih duduk di bangku SD. Salah satu yang jadi quote favorit saya, “Be careful what you wish for, you just might get it!”

Maju sedikit ke tahun 2002, di mana umur saya waktu it udah 26, masih single n patah hati heuheuheu…
Saat itu jaman lagi dikejar setoran.., setoran kerjaan maksudnya. Jadi saya n temen2 sekantor para discipline engineer wajib lembur 2 jam sehari. Sebagai akibatnya, jam 1/2 7 kita baru jalan pulang nih nyari bis.
Suatu kali, dalam lelah, bersama temen seperjuangan saya berjalan dari Menara Batavia tmp kantor bercokol ke komdak (skrg plaza semanggi) tmp bis lewat. Capek, bete, ditambah membayangkan perjalanan pulang menuju Cikarang (exit km31 tol cikampek bo!) di dalam bis Mayasari AC 121 yang selalu penuh sehingga mengakibatkan dirikyu selalu harus gelantungan, kami bedua ngelamun bersama… Ngebayangin suatu hari ada pangeran tampan nan kaya yang jadi suami kita masing2 n bikin kita ga usah kerja lagi, dan menggantikan rutinitas ngantor dengan pengajian dan arisan hihihi…

Be careful what you wish for…, you just might get it! Yupe! Taun 2006, that wish came true 😀
Teman saya menyusul beberapa bulan yang lalu, berhenti kerja dan jadi full time house wife 🙂

Don’t Judge a Book by Its Cover (or Title)

Pertama kenal seorang teman dari milis. Dia posting, nanya sesuatu, menurut saya simpel, tp koq kayaknya dia bingung amat. Bolak-balik curhat di milis singkat cerita membuat saya berpikir dia terbiasa dimanjakan dan hidup enak. Kopi darat pertama dengan penampilannya yang modis dan cantik membuat kesan pertama saya akan dia semakin menguat.
Perjalanan waktu membuat saya mulai banyak berinteraksi dan akhirnya cukup dekat dengannya. Kaget karena impresi saya tentang dia yang terlihat terbiasa dimanjakan dan hidup enak adalah 180 derajat berlawanan. Ternyata hidupnya keras, penuh cobaan, tak ada dukungan, penuh perjuangan. Tekad kuatnya lah yang membuat dia berhasil mengatasi semua beban berat hidupnya dan mencapai apa yang dia ada sekarang.
Lesson learnt: don’t judge the book by its cover…

Seperti juga buku yang saya baru selesein baca. Sebagai penggemar berat Paulo Coelho, buku ini udah dipromosiin seorang temen sekitar 2,5 taun yang lalu. Tapi karena ngeliat judulnya “The Witch of Portobello” yang mengandung unsur witch… jadi maless deh. Maklum, saya rada kurang demen ama yang berbau2 mistik. Dah gitu cover-nya juga sangat mendukung untuk ga menarik minat saya baca. Ditambah lagi waktu liat di Kinokuniya tuh buku-buku Paulo Coelho selalu rada tinggi harga-nya. Seraya heran dan menebak2 kenapa juga Oom Paulo ini nulis buku tentang witch yang kayaknya engga dia banget, saya akhirnya menunda menambah koleksi buku Paulo Coelho saya.
Baru sekitar setaun yang lalu di warehouse sale-nya MPH saya akhirnya beli buku ini. Harganya soalnya dipotong 40 %, jadi saya pikir ya dibeli aja. Dibaca enggak-nya mah gimana nanti, yang penting itu koleksi Oom Paulo dilengkapin huehehe…
Tertunda-tunda baca mengingat ada 2 bukunya Khaled Hosseini, trus ada beberapa novel tentang motherhood buat penambah semangat, ditambah ada Rectoverso-nya Dee, buku2nya Neng Iya yang lebih cepet selesai dibaca krn pake bahasa Indonesia, dan beberapa buku bagus lainnya, akhirnya baru sekitar 2-3 bulan yang lalu buku ini dilirik buat dibaca. Itu pun awalnya karena udah keabisan bacaan hehehe…

Ternyata ya gitu deeeh, judulnya mah Don’t Judge the Book by Its Cover (or even its title). Isinya mah ternyata Paulo Coelho bangettt dan seperti biasa; inspiring. Inti ceritanya tentang pencarian seorang perempuan untuk mengisi bagian kosong dalam hidupnya dan menjawab pertanyaan tentang siapa dirinya. Ga ada unsur mistik sama sekali deh (eh ada kali,… dikittt). Coelho sendiri bilang kalo The Witch of Portobello ini mengisahkan tentang orang2 yang berani mengambil langkah ke arah jalur spiritual alternatif; orang2 yang sering langsung dilabel dengan kata witch. Witch sendiri emang kata yang penuh prejudice bukan…? Ga heran kalo awalnya saya udah prejudice duluan ama buku ini;… ih engga banget deh, pasti mistis; yang mana daripada ternyata saya salah. Untung aja dibaca 😀

Udah Setaun Ajah…

AlhamduliLlah, setelah cukup lama merasakan “kitchen blue”, yang bikin tersiksa tiap kali ada di dapur, akhirnya mood nge-dapur mulai kembali 2 minggu belakangan ini. Dah ga tersiksa lagi kalo harus masak. Beneran ya masak itu kalo pake mood yang bagus, cuman goreng tempe mendoan aja jadi enak. Kalo lagi kitchen blue…, dah sambil tersiksa masaknya, makannya juga tersiksa, soalnya kadang rasa makanannya juga jadi ga enak.

Karena sudah ga kitchen blue tea, hari Kemis kemaren waktu Adlia tepat berusia setaun, nyempetin masak nasi kuning beserta lauk-pauknya. Ga banyak macemnya karena dibatasi oleh jam bangun neng Dinda tea. Mengingat hari Kamis waktunya kuliah tafsir Ustadz Muntaha yang tentu saja terlalu sayang untuk dilewatkan, maka masak baru bisa waktu dinda tidur sore sepulang jemput tetehnya sekolah. Berhubung dia tidur sore cuman sejam (hiks hiks.., padahal tetehnya masih tidur tuh), jadilah penampakan nasi kuning yang sederhana tapi istimewa. Istimewa karena dibuat penuh cinta :D.
Sebenernya pagi2 udah sempet masak nasi kuning juga buat sarapan, tp berhubung beras terbatas alias ga ketauan dah abis, jadi cuman bikin dikit. Siang pulang sekolah, si teteh bolak balik makanin nasi kuning yang tersisa sampe abis. Akhirnya ya masak lagi dee…

Ga kerasa euy udah setaun aja. Rasanya baru kemaren lahir. Abis ni anak ada pada kondisi sangat antengnya lama banget kali ya… Enam bulan pertama kan anteng sekali, ga banyak nyusahin. Mulai umur 6 bulan baru perlu perhatian ekstra karena dah banyak gerak. Umur 10 bulan mulai minta jalan titah2 dan ga mau lagi disuruh jalan sendiri di baby walker. Menjelang setaun dah pinter manjat2 padahal belum berani jalan. Tapi kalo manjat2, mungkin karena sambil pegangan, dia malah berani. Kalo ada di kamar main di atas ranjang, bawaannya bolak balik naek turun tempat tidur, mentang2 udah bisa. Berdiri dan jalan biasanya kalo lagi ga sadar, kalo sadar buru-buru turun ke bawah hehehe…

Selain manjat2 dan naik turun ranjang, hobi lain adalah narik2 kabel, maen air; baik itu ngocorin air dari kran dispenser maupun cipak-cibung maen air yang ada di closet… ih jorok… Makanya dinda suka banget diajak berenang. Sejak pertama nyemplung ke kolam renang, ga ada takutnya, langsung ketawa2 girang gitu di kolam.
Dia juga suka banget maen di kolong meja, bantuin ibu jemur baju (maksudnya maen2 di jemuran kalo ibu jemur baju, serasa maen di playground aja).
Itulah sebabnya, agak susah ninggalin dia sendirian. Soalnya kalo meleng sedikit aja emaknya, suka ada aja kejadian near miss ato bahkan catastrophic failure.
Akhirnya, semua kegiatan masak dan bebenah rumah biasanya ditunda menunggu dia tidur.

Karena umur udah setaun, mulai deh Dinda makan table food. Meski tetep ga bisa dibilang banyak, tapi makan table food dia lebih semangat. Lebih banyak yang masak.
Mulai belajar minum cow milk, kayaknya sih ga ada masalah.
Udah bisa minum dari gelas, bisa juga minum pake sedotan, tapi dia seneng banget semburin lagi kalo ga diawasin 😀
Giginya baru 2, di bawah…
Kalo pengen sesuatu udah bisa minta, cukup dengan nunjuk2 pake mulut (mulutnya dimonyongin ke arah yang dia mau) sambil teriak2, “Aa, aa, aa..”
Sementara, ngomongnya sih baru dikit; bapak, teteh, dan mamam (huhuhu… ibu-nya ga ada).

Thank you for your help, Teh

Sekitar 2 taun lalu, waktu lagi nyuapin Raisha di tengah acara keluarga, seorang sepupu bilang, “Kalo punya anak gampang makan itu anugrah banget deee,” sambil dia juga nyuapin anaknya.
Waktu itu saya mengiyakan, secara Raisha itu kadang2 susah makan. Meski kadang2 aja, tetep suka kepikiran kalo dia pas lagi ga mood mamam.

Sejak sekitar 6 bulan lalu, baru semakin terasa deh kalo punya anak gampang makan itu anugrah pisan. Soalnya Dinda ampun2 makannya… Hiks hiks, sampe kuatir dia kurang suplai. Abisan dari sejak awal makan, mulai dari bubur susu, meningkat ke tim saring, dan akhirnya tim kasar… ya ampun, susah banget masuknya. Kalo bisa masuk 4 sendok dengan mudah aja itu udah bikin ibunya rada tenang karena dah ada makanan padat yang masuk.
Segala menu udah dicoba, tetep aja susya. Bahkan, buah yang biasanya anak2 suka, Dinda mah ga mau juga. Setiap kali sendok mendekat ke mulut, pasti wajahnya segera dipalingkan ke sisi yang lain. Kalo telanjur di depan muka, sendoknya dia ajak berantem. Duh Dinda, Dinda, ga laper apa Nak…
Saat dapet bantuan nyuapin Dinda… hmmm, I really feel grateful 😀