(masih) Tentang Friendster
Seorang teman terbaik saya akan menikah dalam minggu2 di depan ini. Teman seperjuangan. Temen senasib di masa2 watawww edan-eling lieur-na!! Teman berbagi selama masa-masa berat penuh darah dan air mata itu. Waktu itu dia akhirnya mabur ke Jerman, sekalian sekolah sekalian menata ulang hidup. Dan saya tergoda untuk melakukan hal yang sama, mencoba menata ulang hidup saya yang saat itu berantakan banget dengan mencari lingkungan baru. Meski tak satu kota, komunikasi kami terjalin sangat baik sejak di Jerman (secara di sana YM! bisa nyala setiap saat dengan kecepatan tinggi tanpa perlu mengkhawatirkan argo bytes nya).
Saya hanya sekali berjumpa dengannya di sana. Salam 2003 di Berlin (ato Hannover yah… hmm, kayanya Hannover). Waktu itu dia sudah memperkenalkan cowok baru-nya, namun suasana hatinya belum terlihat membaik. Belakangan ternyata dia kembali harus berhadapan dengan kepahitan dulu sebelum bertemu dengan calon suaminya yang sekarang. Sempat dia pulang ke Indonesia untuk magang, dan lagi2 kami bertemu hanya sekali. Dalam waktu yang singkat di pernikahan salah seorang sahabat kami, pernikahan pertama yang dihadiri Raisha yang saat itu baru 1 bulan. Kali ini wajahnya sudah cerah-ceria, sama seperti saya saat itu.
Salah seorang teman terbaik saya… yang mungkin cerita hidupnya paling berliku. Saya bangga punya teman setangguh dia. Ada masa-masa labil-nya, masa-masa dia tampak sangat menuruti hatinya dan kurang berpikir rasional, tapi at all dia tetaplah wanita yang tangguh di mata saya. Senang akhirnya dia menemukan pelabuhan terakhirnya… semoga…
Btw,… mereka bertemu di sini. Saya ingat waktu itu libur. Libur semester atau libur apa yah? Tak ingat dengan pasti. Dia bercerita akan pergi ke Koeln untuk menghabiskan liburannya. Saat itu saya menggodanya, “Ada siapa di Koeln?”. Ternyata memang dia ke Koeln untuk kopi darat dengan orang yang menyapa lewat pesan di sini yang berlanjut ke telpon2 panjang penuh cerita, tawa dan curhat tentu. Syukurlah sekembalinya dari Koeln, kabar gembira terus berlanjut.
Ini pasangan kedua yang saya kenal yang bertemu lewat situs ini. Seorang Magdeburger malah lebih hebat lagi ceritanya. Setelah saling sapa lewat pesan singkat di Friendster, berlanjut ke YM! yang dalam 4 hari ditindak-lanjuti dengan mengubah status di Friendster dari single menjadi in relationship. Kemudian dalam sebulan sudah menentukan tanggal pernikahan. Padahal calon istri saat itu ada di Indonesia dan belum pernah ketemu langsung. Toh akhirnya tanggal pernikahan itu terwujud dan sekarang mereka sudah dikaruniai seorang putra yang sehat dan tampan seusia Raisha.
Hari gini masih ngomongin Friendster ya… Ketinggalan amat perasaan. Yah, sampai saat ini saya belum berhenti buka situs yang satu ini. Buat saya, Friendster salah satu benda menakjubkan yang membuat saya selalu terhubung dengan teman2 saya. Rasanya senang bertemu di dunia maya dengan teman2 yang bahkan sampai sepuluh tahun tidak bertatap muka. Sebagai orang yang menganggap teman adalah harta yang sangat berharga dan investasi yang tak pernah merugi, Friendster juga membantu saya untuk keep updated regarding my friend’s news. Jadi kalo menurut orang mungkin Friendster sudah basi, buat saya Friendster tidak pernah basi….