Mengantar Nini ke Paris
Ceritanya kami mau ngajak ibu jalan-jalan nih. Selama di Belanda 6 minggu, 3 minggu lebih beliau ditinggal bersama anak-anak aja karena kami pergi haji. Trus selama 3 minggu kami ada, disempetin jalan di daerah Belanda kalau week-end. Ibu sendiri sih bukan yang ngoyo pengen jalan. Buat Ibu, ketemu cucu-cucu aja sudah puas dan bahagia. Tapi kalau dah sampe sini tentunya mending sekalian aja liat-liat kehidupan di sini :-).
Untuk yang rada jauh dari Belanda akhirnya milih ke Paris. Pertimbangannya dekat dan banyak obyek yang bisa dilihat. Meski kami udah pernah ke sana, ga bosen juga sama Paris :-).
Kami berangkat naik mobil pagi, sempet mampir sarapan di salah satu rest area di Belgia yang lagi dingin banget. Sarapan bekel dari rumah aja sambil ngeteh dan ngopi anget mengusir dingin, sementara anak-anak sih hepi maen di playground ga berasa dingin. Pura-pura buka restoran ngirimin sarapan kita ke meja hehehe…
Sampe Paris agak siang, muter sampe 3 kali sebelum akhirnya bisa masuk ke tempat parkir apartemen kita di Fraser Suite Harmoni, La Defense. Soalnya agak membingungkan posisinya.
Seperti biasa milih yang deket stasiun metro supaya gampang jalan sana sini ga pake mobil.
Abis maghrib kami pergi ke Eiffel yang selalu tampak lebih cantik di malam hari. Pengen bikin foto yang bagus, tapi ternyata nasib berkata lain hehehe. Itu kamera andalan entah mengapa tetiba aja mati total. Akhirnya memberdayakan kamera poket dan kamera telepon seluler deh. Dari Eiffel kami melanjutkan menyusur Champ Elysse, ngeliat Arc de Triomphe dan menikmati jajaran pertokoan elit Paris ini termasuk diantaranya mampir ke Galeri Mercedes Benz.
Sebenernya besoknya ingin pergi pagi karena pengen masuk Museum Louvre yang konon katanya sekarang bagian Islamnya sudah selesai direnovasi. Tapi anak-anak betah banget maen di apartemen dan Ibu juga kayanya menikmati istirahatnya. Soalnya dingin sih, bikin betah selimutan. Bisa masak pula jadi bisa sarapan anget-anget dan menikmati makanan hangat, tambah males deh.
Akhirnya baru keluar setelah pas waktu check out. Kita langsung pergi ke Sacre Coeur, mau liat Paris dari atas bukit ceritanya. Yang cantik justru Sacre Coeur-nya. Dan di jalan menuju Sacre Coeur ini banyak jualan souvenir aneka rupa dengan harga yang jauh lebih murah dibanding di area Eiffel, Champ Elysse, dan daerah-daerah tujuan turis lainnya. Jadi kalau mau beli souvenir disarankan di sini aja.
Setelah puas liat Paris dari puncak bukit, makan bekal makan siang di taman, dan belanja souvenir, melanjutkan sholat di Masjid Raya Paris. Masjid besar yang dalam sejarahnya menggambarkan keindahan toleransi Islam terhadap agama lain. Rekam sejarah mencatatkan pada masa Nazi menguasai Paris, tak ada Yahudi yang selamat dari penangkapan. Dan umat Yahudi ternyata malah menemukan tempat persembunyian paling aman di kompleks masjid ini.
Kompleks masjid yang didirikan dari tahun 1922-1926 ini terbagi menjadi 3 bagian utama; bagian religius (grand patio, ruang sholat, minaret yang diperuntukkan khusus bagi kaum muslim yang akan menunuaikan sholat dan tertutup untuk turis), bagian pendidikan (sekolah Islam dan perpustakaan) serta bagian komersial (cafe).
Gaya arsitekturnya Hispano-Moorish dengan hiasan berupa elemen-elemen yang terinspirasi dari Al Hambra. Cantik tanpa meninggalkan kesan syahdu dan khusyu.