One Woman Search for Everything
Buat saya, masa-masa pasca patah hati saya sangat luar biasa dan tak terlukiskan dengan kata2. Banyak hal terjadi during that roller coaster time of my life. Lagu-lagu putus cinta yang sebelumnya terasa mehe2 bin melow2 berubah jadi soundtrack hidup saya. Dimulai dengan satu dering telepon pd suatu malam dengan tujuan mengakhiri hubungan kasih (hueks), yang berusaha saya tolak tapi gagal karena batere hape keburu abis. Please deh, 5 taun jadi orang terdekat, masa sih daku tidak layak dapet PHK (pemutusan hubungan kasih) dengan pesangon dan bonus heuheuheu, at least sambil acara makan malem pake minta maaf gitu (maunya). Tapi ya sudahlah…, ternyata memang saya menurut mantan saya hanya layak menerima pemutusan via hape. Abis tu, On Bended Knee-nya Boyz II Men jadi soundtrack hidupku sampe sebulan kemudian terjadilah peristiwa BSM yang membuat lagu tema berubah menjadi One Last Cry huhuhuhu… Ga pernah nyangka lagu paling menyedihkan yang pernah saya denger (I saw you holding hand standing close to someone else, still I see it all alone, wishing all my feeling was gone) ternyata diciptakan untukku. Abis itu hidup hancur lebur penuh air mata. Berbagai cara dicoba untuk bangkit tapi koq ya ga ada yang berhasil. Malam2 insomnia berlinang air mata sampai akhirnya mulai berkuranglah tetes air mataku setelah episode Cilacap. Untuk episode ini, Glenn Fredly khusus mencipta lagu Sedih Tak Berujung lengkap dengan klipnya yang secara suasana hati sama lah dengan kondisi saya waktu itu.
Abis episode itu, mulai lebih tenang. Mulai ada senyum-senyum kecil meski belum bisa sepenuhnya normal dan gembira ria lagi. Dalam masa2 ini, temen2 TK 95-ku yang luar biasa yang banyak membantu saya bangkit dari reruntuhan. Banyak main ama mereka, banyak jalan, banyak kumpul2 bikin saya sedikit lupa ama kesedihan saya. Sampai akhirnya di satu titik saya tau, satu2nya jalan untuk keluar dari semua ini adalah menjauh dari Jakarta (dan Bandung). AlhamduliLlah seperti ditunjukkin jalannya, saya dapet beasiswa dari DAAD buat ngambil master di QSE Uni Magdeburg. Waktu itu saya ga banyak berharap bisa kembali hidup normal dan ceria seperti dulu, pokoknya yang penting saya bisa merasa lebih tenang dan ga nangis terus.
Leipzig yang elegan, musim panas yang indah, all mexican in class yang luar biasa menyenangkan dan bersahabat, membuat judul buku yang dikasih Nta dan Aca sebagai hadiah farewell party saya waktu itu, You Can Feel Happy Again, bener2 terjadi. Ya Tuhan, saya bener2 bisa hepi lagi :-).
Bukan sekedar kembali bisa merasa gembira, tapi saat itu adalah masa di mana sampai setahun lebih satu-satunya perasaan saya hanyalah hepi, ga ada bt, ga ada sedih lagi. Full of life, free from fear, happy very2 much, bikin saya nekat ambil thesis dengan tema safety meski profesor pembimbingnya jelas2 dinyatakan profesor killer. Kuliah dengan senang karena pelajarannya memang sesuai minat saya, seseorang nun jauh di Brunei yang tiba2 masuk dalam kehidupan saya (ah kangen chating via YM-nya yang ga kenal waktu siang-malam-dini hari, lg libur, lg ujian – doh, please deh, ini bahan blm selesai dibaca koq malah chating), temen-temen kuliah yang luar biasa berwarna perangainya, temen-temen Indonesia yang sarat dengan aktivitas bermanfaat dan penuh kasih, dan mencapai puncaknya waktu defense thesis yang meski setengah mati grogi-nya karena syerem dan ngeri, pak profesor malah dengan bangganya ngasih nilai 1,0, angka sempurna di Jerman sono seraya berkata, “This is the best thesis since years…”
Eh, salah, itu bukan puncaknya… karena 3 minggu kemudian baru lah puncak roller coaster hidup saya itu: belahan jiwa saya berjanji setia menghabiskan hidup kami bersama.
Saking menariknya pengalaman itu, saya sering pengen menuliskannya menjadi buku. Belum juga mulai nulis, malah mikir, jangan2 itu pengalaman menarik menurut saya aja sehingga membuat saya urung menuliskannya.
Makanya saya suka banget buku ini: Eat Pray Love. Membacanya sama seperti membaca diary Elizabeth Gilbert, sang penulis, dalam menjalani hari-harinya setelah perceraian yang sulit dan hubungan cinta yang tak berhasil.
Saya dapat membayangkan dia berusaha keluar dari perasaan sedih dan depresi pasca perpisahan dengan cara melakukan perjalanan ke tiga negara; Italia, India dan Indonesia di mana pada masing-masing negara dia menemukan kebahagiaan makan (eat), berdoa (pray), dan cinta (love) yang kemudian menjadi judul bukunya.
Dari segi cerita, seperti yang saya bayangkan kalo saya menuliskan kisah saya, tidak ada yang luar biasa. Benar-benar hanya menuangkan pengalamannya selama perjalanan. Tidak ada pergulatan emosi yang hebat, cerita yang menegangkan, ataupun jalan cerita yang teratur menuju klikmaks. Semuanya serba datar. Yang membuatnya menarik adalah cara penulisnya bercerita. Hilarious kalo bahasa Inggris-nya, full of live, sedikit sinis tapi luar biasa lucu.
Meskipun ceritanya datar-datar saja, kita rasanya selalu ingin segera tau, peristiwa demi peristiwa yang dialami penulis. Pada akhirnya ketika halaman terakhir dibaca, rasa kecewa melanda, “Yah.. udah selesai!” Tanpa klimaks, tapi bukan tak menarik karena justru kita ingin ceritanya masih berlanjut supaya masih ada yang bisa kita baca.
Selain membuat kita terhanyut turut merasakan “petualangannya”, buku ini juga sedikit memperkenalkan kita pada budaya Italia, India dan Bali sehingga bikin kita juga pengen pergi ke sana. Selain itu, buku ini juga membuat kita memotivasi kita untuk lebih menghayati hidup dan kehidupan. Menikmati kebahagiaan-kebahagiaan kecil lewat makan, merasakan nikmatnya punya sesuatu yang menjadi arah dan tujuan dalam hidup dan bisa menggapainya lewat doa-doa dan ibadah kita, juga mensyukuri cinta yang kita selalu miliki.
Saat menutup buku, kita akan sependapat bahwa pada dasarnya isi buku ini adalah One Woman Search for Everything dan everything itu tak lain dan tak bukan adalah kebahagiaan.
“Happiness is a consequence of personal effort. You fight for it, strive for it, insist upon it and sometimes even travel around the world looking for it.”
Kado ultah buat seorang sahabat;
ingatlah teman2 terdekatmu ini, semuanya berakhir bahagia koq 🙂